Kehangatan yang Tumbuh Bersama Akar Mangrove: Catatan dari Desa Darunu

Desa Darunu, sebuah desa pesisir  di Sulawesi Utara, menyambut saya dengan keheningan yang menenangkan. Saat pertama kali bekerja sebagai field officer di Yayasan Pesisir Lestari, saya belum banyak tahu tentang ekosistem mangrove. Namun, dari situlah perjalanan saya dimulai sebuah perjalanan belajar yang tak hanya tentang lingkungan, tetapi juga tentang manusia dan makna “rumah”.

Sebagai pendatang yang baru pertama kali bekerja langsung di kawasan pesisir, saya melihat mangrove sebagai sesuatu yang asing. Namun dalam waktu singkat, saya mulai menyadari bahwa mangrove bukan sekadar jenis tumbuhan pesisir. Ia adalah pilar ketahanan masyarakat. Mangrove melindungi daratan dari abrasi, menjadi rumah bagi biota laut, dan menyimpan karbon dalam jumlah besar kontribusi nyata terhadap perubahan iklim yang jarang disadari orang luar.

Sebagai bagian dari Yayasan Pesisir Lestari, saya merasa terhormat dapat bekerja di tengah komunitas seperti Darunu—komunitas yang telah mengajarkan saya arti kolaborasi, resiliensi, dan cinta yang tumbuh perlahan seperti akar mangrove. Di Darunu, saya menyaksikan sendiri bagaimana mangrove tidak hanya berdiri secara ekologis, tetapi juga mengakar secara sosial. Masyarakat menjaga mereka bukan karena kewajiban, melainkan karena kedekatan yang alami.

Hal yang paling membekas bagi saya bukan hanya keindahan alamnya, tetapi kehangatan masyarakatnya. Setiap langkah saya disambut dengan senyum, sapaan ramah, dan obrolan yang penuh cerita. Anak-anak memanggil saya “kakak”, ibu-ibu menyuguhkan kopi dan makanan lokal, para nelayan terbuka berbagi pengalaman tentang laut dan tantangan perubahan musim. Desa Darunu membuat saya merasa pulang, meski saya bukan berasal dari sini. Dalam pertemuan sederhana di pondok-pondok kayu, dalam perjalanan menyusuri akar mangrove, saya menemukan relasi yang tulus antara masyarakat dan lingkungan yang mereka jaga. Pengalaman ini memperkuat keyakinan saya bahwa pelestarian mangrove tidak dapat dipisahkan dari kesejahteraan masyarakat. Upaya konservasi harus berjalan seiring dengan pendekatan yang manusiawi, menghargai kearifan lokal, dan mendampingi masyarakat untuk menjadi pelindung terbaik bagi lingkungan mereka sendiri.

Sebagai bagian dari Yayasan Pesisir Lestari, saya merasa terhormat dapat bekerja di tengah komunitas yang ada di desa Darunu komunitas yang telah mengajarkan saya arti kolaborasi, resiliensi, dan cinta yang tumbuh perlahan seperti akar mangrove. Darunu bukan sekadar lokasi kerja. Ia telah menjadi ruang belajar, tempat pulang, dan pengingat bahwa kehangatan bisa tumbuh dari tempat yang tenang. Kehangatan yang berasal dari akar mangrove, dan dari hati masyarakat yang merawatnya

“Jika ingin menjaga bumi, mulailah dari tempat di mana tanah dan laut saling menyapa di sanalah mangrove, dan cinta pada lingkungan, tumbuh bersama.”