Potret Perikanan Gurita di Indonesia

Di Indonesia, Hari Perikanan Sedunia diperingati sebagai momen untuk mengakui pentingnya perikanan berkelanjutan bagi masa depan nelayan, masyarakat pesisir, juga bangsa Indonesia.

Indonesia termasuk di antara 10 besar pengekspor gurita di dunia, dengan volume ekspor sekitar 19.000 ton/tahun dan nilai rata-rata 90 juta USD/tahun. Meningkatnya permintaan gurita—terutama Octopus cyanea—untuk ekspor ke Italia, Amerika Serikat, dan China, menjadikan gurita sebagai produk bernilai tinggi. Permintaan ini memberikan tekanan ekstrem pada spesies gurita dan kelangsungan hidup mereka.

Dalam rangka memperingati Hari Perikanan Sedunia, mitra Blue Ventures, Yapeka, bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam menyelenggarakan webinar bertajuk ‘Potret Perikanan Gurita di Indonesia’ pada 19 November 2020.

Webinar ini mempertemukan pemerintah pusat (KKP), organisasi konservasi laut, dan nelayan gurita untuk memberikan gambaran tentang perikanan gurita di Indonesia—inisiatif yang dilakukan oleh masyarakat setempat dan tren perikanan global.

“Saat ini 7,9 juta masyarakat pesisir bergantung pada kelestarian terumbu karang. Harapannya, konservasi tidak hanya memberikan dampak ekologis tetapi juga pengaruh ekonomi bagi masyarakat,” kata Hendra Yusran Siry (Sekretaris Direktorat Jenderal KKP) ketika membuka webinar. Beliau juga kembali mengingatkan apa yang pernah disampaikan Presiden Jokowi bahwa “masa depan bangsa adalah di laut” dan hal itu hanya dapat dicapai melalui kolaborasi dan sinergi berbagai pihak.

By collecting and monitoring octopus catch data, fishers can build upon their existing knowledge of their fisheries and begin to manage them more sustainably | Photo: Garth Cripps

Membahas tren perikanan gurita

Dessy Anggraeni, Direktur FIP (Fisheries Implementation Plan) Indonesia – Sustainable Fisheries Partnership, menjelaskan tren perikanan gurita global.

“Indonesia harus bekerja sama dengan rantai pasokan (supply chains) yang ada di hulu dan hilir untuk memperbaiki keadaan perikanan agar lebih berkelanjutan. Sayangnya, saat ini gurita belum menjadi spesies prioritas untuk dilindungi—kami tidak memiliki cukup data produksi gurita,” ujarnya.

Hampir semua produksi gurita di dunia berasal dari perikanan tangkap (ikan yang ditangkap berasal dari laut, bukan hasil budi daya). Menurut data FAO, produksi gurita global sekitar 420 ribu ton/tahun yang sebagian besar berasal dari perikanan skala kecil. Berdasarkan data statistik perikanan tangkap dari Badan Pusat Statistik, produksi gurita Indonesia berfluktuasi sekitar 11 ribu ton/tahun. “Kami membutuhkan data yang lebih akurat untuk menggambarkan hasil perikanan gurita,” tegasnya.

Menurut Seafood Watch List, produk gurita Indonesia termasuk dalam kategori ‘untuk dihindari’ atau ‘merah’. Artinya, produk gurita belum dianggap berkelanjutan. Seafood Watch List adalah salah satu pedoman yang digunakan oleh konsumen, terutama di Amerika Serikat, yang berkontribusi pada pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian.

“Bukan berarti produk gurita Indonesia tidak bisa dikonsumsi. Namun, masih ada ruang untuk perbaikan keberlanjutan perikanan gurita di masa mendatang,” tambah Dessy.

A fisher admires his catch in Uwedikan Village | Photo: Christopel Paino | Japesda

Inisiatif pengelolaan perikanan gurita secara lokal

“Selama pandemi ini, harga gurita turun cukup signifikan, bahkan hingga saat ini,” kata Aswadi Sahari, pengumpul gurita asal Desa Bulutui, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Aswadi menceritakan bagaimana harga gurita turun sejak perusahaan menghentikan ekspor gurita ke negara tujuan karena pembatasan perdagangan global akibat COVID-19.

Aswadi menjadi salah satu pembicara pada sesi panel bersama Gayatri Reksodihardjo-Lilley (Direktur, Yayasan LINI), La Beloro (Direktur, Forkani), Akbar Ario Digdo (CEO, Yapeka), dan Pingkan Katharina Roeroe (Kepala Subdirektorat Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan, KKP).

Dalam sesi panel, perwakilan dari organisasi-organisasi diberikan kesempatan untuk berbagi lebih banyak tentang bagaimana komunitas yang mereka dukung di Banggai, Sulawesi Tengah; Wakatobi, Sulawesi Tenggara; dan Minahasa Utara, Sulawesi Utara telah mulai mengelola perikanan gurita mereka secara lokal.

Gayatri berbagi cerita tentang masyarakat di Kecamatan Banggai Utara, tempat nelayan tradisional Bajo mulai memantau hasil tangkapan gurita mereka. Data ini menjadi alat pemberdayaan masyarakat yang memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan yang lebih tepat tentang bagaimana mengelola perikanan gurita mereka melalui penutupan perikanan berkala—periode ketika lokasi penangkapan ikan tertentu ditutup untuk nelayan dan telah disepakati oleh masyarakat.

Gurita karang memiliki siklus hidup yang pendek (sekitar 15-18 bulan), tetapi kecepatan pertumbuhannya cepat dan beratnya hampir dua kali lipat setiap bulannya selama enam bulan pertama kehidupannya. Inilah mengapa penutupan perikanan berkala sangat efektif; berkurangnya tekanan penangkapan, walaupun hanya dalam waktu singkat, memberikan kesempatan bagi gurita untuk berkembang lebih besar dalam ukuran.

La Beloro menekankan pentingnya kolaborasi antara lembaga masyarakat tradisional, petugas taman nasional, dan pemerintah dalam pengelolaan perikanan gurita dengan masyarakat Darawa yang tinggal di dalam Taman Nasional Wakatobi – tempat mereka telah mengelola perikanan gurita secara lokal melalui penutupan sementara.

Akbar berbagi tentang Rumah Boboca (sebutan masyarakat Bulutui untuk rumah gurita), salah satu upaya Yapeka dalam membantu masyarakat di Bulutui dan Gangga Satu, Kecamatan Likupang Barat, untuk membangun sistem pemantauan hasil tangkapan dan melatih pembeli gurita di desa sebagai pengumpul data—dan kemudian membuat penutupan perikanan gurita sementara.

“Meski gurita tidak termasuk dalam daftar terancam punah, tetapi kelestariannya perlu dijaga karena habitatnya di terumbu karang. Misalnya, dengan metode pengelolaan penangkapan ikan yang tidak merusak terumbu karang, ” kata Pingkan K. Roeroe.

“Masyarakat dan pemerintah perlu bekerja sama dan punya peran masing-masing. Peran serta masyarakat menjadi kunci sukses dalam konservasi, ” tambahnya.

Foto: Garth Cripps

Bagikan:

Tulisan Terbaru

Bagikan:

Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Facebook
Berita

Potret Perikanan Gurita di Indonesia

Di Indonesia, Hari Perikanan Sedunia diperingati sebagai momen untuk mengakui pentingnya perikanan berkelanjutan bagi masa depan nelayan, masyarakat pesisir, juga bangsa Indonesia. Indonesia termasuk di

Read More »